SULTAN66 – Ilmuwan Fermentasi Miso di Luar Angkasa, Rasanya Beda dengan Versi Bumi

Miso yang dikemas melalui pra-fermentasi sebelum dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Foto: Jimmy Day

zoom-in-whitePerbesar
Miso yang dikemas melalui pra-fermentasi sebelum dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional. Foto: Jimmy Day
ADVERTISEMENT

Berada di luar angkasa berdampak pada bentuk kehidupan yang berevolusi di Bumi. Hal ini tak hanya berlaku untuk banyak perubahan pada tubuh manusia, tapi juga mikroorganisme, mulai dari hidup di dalam, di atas, dan di sekitar kita, hingga yang digunakan dalam makanan.
ADVERTISEMENT

Miso adalah pasta kedelai yang difermentasi, dan baru-baru ini, sekelompok ilmuwan melakukan eksperimen dengan membuat miso di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Para peneliti mengirim wadah kecil berisi ‘adonan miso’ ke ISS pada Maret 2020. Wadah berisi bahan miso itu berada di ISS selama 30 hari, difermentasi hingga akhirnya berubah menjadi miso beneran.
Ilmuwan juga membuat dua kelompok miso kontrol yang difermentasi di Bumi, satu di Cambridge, Massachusetts, AS, dan satu lagi di Kopenhagen, Denmark. Miso luar angkasa memiliki bau dan rasa yang mirip dengan dua miso di Bumi, tapi punya rasa lebih gurih.
“Ada beberapa fitur lingkungan luar angkasa di orbit Bumi rendah–khususnya gravitasi mikro dan peningkatan radiasi– yang dapat berdampak pada cara mikroba bertumbuh dan bermetabolisme, sehingga fermentasi dapat bekerja,” ujar Joshua D. Evans, salah satu penulis utama studi dari Technical University of Denmark. “Kami ingin meneliti dampak dari kondisi ini.”
ADVERTISEMENT

Dengan menganalisis komunitas mikroba, hasil riset menunjukkan, meski fermentasi mungkin terjadi di luar angkasa, ada perbedaan dalam hal tempat mikroba tumbuh subur, dan hal itu mungkin memengaruhi tidak hanya makanan, tapi juga kesehatan kita.
Astronot NASA Sunita Williams, Nick Hague, Barry Wilmore, dan Donald Pettit membuka kotak makanan Thanksgiving dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), dalam tangkapan layar yang diambil dari video selebaran yang dirilis pada 26 November 2024. Foto: NASA/ via REUTERS
“Fermentasi di ISS menggambarkan bagaimana sistem kehidupan pada skala mikroba dapat berkembang melalui keragaman komunitas mikrobanya, yang menekankan potensi kehidupan untuk tetap ada di luar angkasa,” papar Maggie Coblentz, salah satu penulis utama studi dan peneliti di Massachusetts Institute of Technology.
“Meskipun ISS sering dianggap sebagai lingkungan yang steril, penelitian kami menunjukkan bahwa mikroba dan kehidupan nonmanusia memiliki peran di luar angkasa, yang menimbulkan pertanyaan bioetika yang signifikan tentang pemindahan tanaman dan mikroba dari planet asal mereka dan memperkenalkan mereka ke lingkungan luar angkasa.”
ADVERTISEMENT

Berbagai penelitian menunjukkan ISS kini menjadi rumah bagi mikroba yang telah berevolusi dari mikroba di Bumi. ISS dipasok ulang secara berkala, tapi jika keberadaan manusia di luar angkasa terus meluas, produksi dan stok makanan menjadi semakin penting.
“Kami menggunakan sesuatu yang mendasar seperti makanan sebagai titik awal untuk memicu percakapan tentang struktur sosial di ruang angkasa dan nilai peran domestik dalam bidang sains dan teknik,” kata Coblentz.
“Cara kita merancang sistem di luar angkasa mengirimkan pesan yang kuat tentang siapa yang seharusnya berada di sana, siapa yang diundang, dan bagaimana orang-orang tersebut akan menikmati luar angkasa.”

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *